Kamis, 21 Mei 2015

FILUM CHORDATA

Ciri utama filum ini adalah adanya korda dorsalis atau notokord (notochord), (Yunani: notor = punggung, chorde = tali pada alat musik) atau tali punggung. Chordata meliputi dua subfilum invertebrata, yaitu Urochordata dan Cephalochordata
Vertebrata membentuk satu subfilum dalam Filum Chordata. Beberapa ahli menyebutkan bahwa subfilum Hemichordata merupakan filum tersendiri di luar filum Chordata. Namun ada juga ahli yang mengatakan karena pada Hemichordata, Urochordata, dan Cephalochordata tidak memiliki kranium (tengkorak), mereka dimasukkan ke dalam golongan Acraniata (tanpa tengkorak), sedangkan vertebrata termasuk dalam golongan Craniata

Meskipun chordata sangat bervariasi dalam penampakannya, chordata dikelompokkan dalam satu filum melalui kehadiran empat struktur anatomis yang muncul pada suatu waktu selama masa kehidupan hewan tersebut, seringkali hanya selama perkembangan embrionik. Keempat ciri khas chordata ini adalah:

1. Notokord
Notokord adalah batang fleksibel dan longitudinal yang terdapat di antara saluran pencernaan dan tali saraf. Terdiri dari sel-sel besar penuh cairan yang terbungkus dalam jaringan serat yang agak kaku, notokord menyokong kerangka di sebagian besar panjang tubuh hewan tersebut. Notokord tetap dipertahankan pada beberapa chordata invertebrata dewasa dan vertebrata primitif dewasa. Namun, pada sebagian besar vertebrata suatu kerangka bersendi yang lebih kompleks berkembang dan hewan dewasa hanya mempertahankan sisa-sisa notokord embrionik - misalnya, sebagai bahan bergelatin pada cakram di antara di vertebra manusia. 

2. Tali saraf dorsal berlubang
Tali saraf suatu embrio chordata berkembang dari suatu lempengan ektoderm yang menggulung menjadi suatu bentuk tabung yang terletang dorsal terhadap notokordnya. Hasilnya adalah tali saraf dorsal dan berlubang yang hanya dimiliki oleh hewan chordata. Anggota filum lain memiliki tali saraf yang tidak berlubang yang umumnya terletak di bagian ventral. Tali saraf suatu embrio chordata berkembang menjadi sistem saraf pusat: otak dan sumsum tulang belakang. 

3. Celah faring
Saluran pencernaan chordata memanjang dari mulut sampai ke anus. Daerah yang terletak tepat posterior terhadap mulut adalah faring, yang membuka ke arah bagian luar hewan melalui beberapa pasang celah. Celah faring ini memungkinkan air yang masuk melalui mulut dapat keluar tanpa harus keluar melalui keseluruhan saluran pencernaan. Celah faring berfungsi sebagai alat untuk memakan suspensi pada banyak chordata invertebrata. Celah-celah tersebut telah termodifikasi untuk pertukaran gas (pada vertebrata akuatik), penyokong rahang, pendengaran, dan fungsi-fungsi lain selama evolusi vertebrata. 

4. Ekor pasca anus yang berotot
Sebagian besar chordata memiliki ekor yang memanjang ke arah yang posterior terhadap anus. Sebaliknya, sebagian besar hewan yang bukan chordata memiliki saluran pencernaan yang membentang hampir di sepanjang tubuhnya. Ekor chordata mengandung otot kerangka serta menyediakan sebagian besar gaya dorong pada banyak spesies akuatik. 

Empat Karakteristik Filum Chordata pada Embrio Manusia

SUBFILUM UROCHORDATA

Urocordata umumnya disebut tunikata. Sebagian besar tunikata adalah hewan laut yang diam menempel (sesil) pada batuan, galangan kapal, dan sampan. Tunikata yang lain hidup sebagai plankton. Beberapa spesies hidup membentuk koloni.

Air laut memasuki hewan tersebut melalui sifon arus masuk, kemudian lewat melalui celah faring ke dalam suatu ruangan yang disebut atrium, dan keluar melalui sifon arus keluar, atau atriopori. Makanan disaring dari aliran air ini oleh suatu jaringan mukus dilewatkan oleh silia ke dalam usus halus. Anus mengeluarkan isinya melalui aliran arus keluar. Keseluruhan hewan ini diselubungi oleh suatu tunik (jubah) yang terbuat dari karbohidrat mirip selulosa. Karena tunikata menyemprotkan air yang keras melalui sifon arus keluarnya ketika diganggu, maka tunikata disebut juga penyemprot laut. 

Tunikata dewasa hanya sedikit sekali menyerupai chordata. Hewan ini tidak menunjukkan adanya berkas notokord, juga tidak terdapat tali saraf atau ekor. Hanya celah faring yang memperlihatkan adanya hubungan tunikata dengan chordata lain. Akan tetapi keempat ciri khas chordata terlihat jelas dari bentuk larva beberapa kelompok tunikata. Larva berenang hingga menempel melalui kepalanya ke suatu permukaan dan mengalami metamorfosis. Saat itulah sebagian besar ciri khas hewan chordata yang dimilikinya menghilang. 

Subfilum Urochordata: (b) Hewan tunikata dewasa, (c) Larva tunikata

SUBFILUM CEPHALOCHORDATA

Chepalochordata dikenal sebagai lancelet karena bentuknya mirip mata pisau dan sangat menyerupai chordata ideal. Notokord, tali saraf dorsal berlubang, celah insang yang banyak, dan ekor pasca anus yang semuanya bertahan sampai masa dewasa. Hewan laut kecil yang hanya beberapa sentimeter panjangnya, lancelet menggeliat mundur masuk ke dalam pasir, dan hanya menampakkan ujung anteriornya.

Amphioxus lanceolatus = Branchiostoma lanceolatus

Suatu jaringan mukus yang tersembunyi di sepanjang celah faring menjerat partikel makanan kecil dari air laut yang ditarik ke dalam mulut dengan pemompaan silia. Air keluar melalui celah dan makanan yang terjerat akan dialirkan masuk ke dalam saluran pencernaan.

SUBFILUM VERTEBRATA

Vertebrata dibagi menjadi 3 kelas ikan (seringkali disebut juga superkelas Pisces) dan 4 kelas vertebrata darat (superkelas Tetrapoda atau hewan berkaki empat).

Superkelas Pisces
Kelas Agnatha
Agnatha merupakan anggota vertebrata paling primitif. Namanya berasal dari bahasa Yunani, yang berarti tanpa rahang. Bentuknya seperti belut yang tidak memiliki rahang. Ikan tersebut dapat mencapai panjang 1 m. Tubuhnya disokong oleh skeleton berkartilago (tulang rawan). Kulitnya yang lembut tidak memiliki sisik. Karena tidak memiliki sirip yang berpasangan, Agnatha bergerak dengan gerakan undulasi. Jantung  terdiri dari 2 ruangan (1 atrium, 1 ventrikel) dengan arkus aortikus yang banyak pada daerah insang, eritrosit bernukleus.

Ikan Lamprey dengan mulut tipe mangkuk penhisap dan gigi seperti parut
Struktur tubuh ikan Lamprey

Contoh anggota Agnatha adalah ikan lamprey air tawar (Lampreta sp.) dan lamprey air laut (Petromyzon sp.).

Kelas Chondrichthyes
Anggota kelas ini adalah ikan-ikan, contohnya ikan hiu, ikan pari, dan belut listrik, dengan seluruh endoskeleton tersusun atas tulang rawan (kartilago) dengan sedikit kalsifikasi. Kulitnya terbuat dari ribuan susunan berstruktur seperti gigi yang dikenal sebagai sisik plakoid. Susunan seperti itu membuat kulit hiu bertekstur seperti ampelas. Mulutnya terdapat di sebelah ventral kepala yang dilengkapi dengan gigi-gigi yang tajam. Gigi tersebut sebenarnya adalah sisik plakoid yang dimodifikasi dan tumbuh berbaris. Jika salah satu gigi rusak, maka gigi itu akan tanggal dan gigi berikut di belakangnya maju ke depan untuk menggantikannya. Sebagian besar hiu adalah karnivora dan memiliki indra penciuman yang sangat tajam. Hiu juga sangat peka terhadap getaran berfrekuensi rendah. 
Struktur Tubuh Ikan Hiu

Umumnya Chondrichthyes hidup di laut. Insangnya berupa 5-7 pasang celah insang tanpa operkulum (tutup insang). Karena tidak memiliki gelembung renang, ikan hiu harus terus berenang, sekalipun dalam keadaan tidur, agar dapat terus mengapung. Dengan terus berenang, ikan hiu juga dapat memperoleh oksigen untuk pernapasannya karena air akan terus masuk ke celah insangnya. 



Ekor hiu bertipe heteroserkal. Siripnya merupakan struktur berdaging. Pada hiu jantan, di bagian tepi dalam dua sirip pelvisnya terdapat klasper yang merupakan alat kopulasi yang akan dimasukkan ke dalam oviduk hiu betina melalui kloaka (pembuahan internal). Hiu ada yang merupakan ovipar (ikan hiu anjing bertutul), dan vivipar (ikan hiu martil).


Kelas Osteichthyes
Osteichthyes merupakan kelompok ikan bertulang sejati (Yunani: osteon berarti tulang). Mulutnya terletak di ujung kepala dan insang tertutup operkulum (tutup insang). Insang terdiri dari serangkaian filamen yang mengandung banyak kapiler. Ikan-ikan yang hidup di tempat berlumpur, contohnya ikan lele (Clarias batrachus), memiliki organ pernapasan tambahan di dekat insangnya. Organ tersebut dinamakan labirin, terdiri atas kantung-kantung yang mengandung banyak pembuluh darah. Labirin berfungsi memperluas daerah pertukaran gas. 

Sirip merupakan struktur bermembran dengan jari-jari bertulang. Sebagian besar Osteichthyes memiliki 2 pasang sirip dan ekornya bertipe difiserkal. Tubuhnya dapat mengapung di dalam air karena memiliki gelembung renang. Pada ikan laut dalam jenis tertentu, gelembung renang berubah menjadi organ penyimpan lemak. 

Struktur ikan kelas Osteichthyes

Sebagian besar ikan memiliki indra pembau dan indra penglihat yang berkembang baik. Semua jenis ikan memiliki indra yang tidak dimiliki oleh hewan darat, yaitu gurat sisi, yang biasanya terdapat di sepanjang sisi tubuhnya dari kepala hingga ekor. Gurat sisi membantu ikan untuk berenang, mengenali kedalaman, dan mendengar dengan cara mengenali gelombang tekanan serta gelombang bunyi. Pembuahan berlangsung secara eksternal. 

Superkelas Tetrapoda




Senin, 18 Mei 2015

KINGDOM ANIMALIA

Saat ini para ahli zoologi telah berhasil mendeskripsikan kurang lebih satu juta spesies hewan yang terdapat di muka bumi dan kurang lebih 5% mempunyai tulang belakang (Vertebrata), sisanya 95% merupakan hewan yang tidak bertulang belakang (Avertebrata).

CIRI-CIRI UMUM HEWAN

Skema klasifikasi hewan dapat dilihat pada gambar berikut.


INVERTEBRATA

PERNAH MENONTON SERIAL ANIMASI INI?




SpongeBob SquarePants dalam dunia nyata masuk ke dalam filum ...
Porifera
Porifera: sesil, memiliki tubuh berpori dan koanosit



Coelenterata
Coelenterata: simetri radial, memiliki rongga gastrovaskuler dan cnidosit
Platyhelminthes


Platyhelminthes: aselomata yang pipih secara dorsoventral
Nematoda
Nematoda: cacing gilig tidak bersegmen, tubuh silindris dengan ujung meruncing
Annelida
Annelida: cacing bersegmen



Squidward Tentacles si Gurita dan Gary si Siput  masuk ke dalam filum ...

Mollusca



Mollusca: memiliki kaki berotot, massa visceral, dan suatu mantel





Mr. Crabs si kepiting masuk dalam filum ...
Arthropoda
Arthropoda: memiliki segmentasi regional, tungkai bersendi, dan eksoskeleton






Patrick Star si Bintang laut tidak lain adalah anggota dari filum ...
Echinodermata
Echinodermata: memiliki sistem ambulakral dan simetri radial pentamerous

Rabu, 13 Mei 2015

SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA

Tubuh kita dilengkapi dengan sistem pertahanan (sistem imun) untuk melindungi tubuh dari patogen sehingga tidak mudah terserang penyakit. Fungsi sistem pertahanan tubuh adalah sebagai berikut.
  1. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Benda asing tersebut dapat berupa mikrobia penyebab penyakit (patogen), misalnya virus, bakteri, protozoa, dan jamur. 
  2. Menghancurkan jaringan dan sel mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.
  3. Mengenali dan menghancurkan sel yang abnormal.
 Jenis-jenis Pertahanan Tubuh
Berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit, sistem pertahanan tubuh digolongkan menjadi dua, yaitu pertahanan tubuh nonspesifik dan pertahanan tubuh spesifik. Saat akan menginfeksi tubuh, mikrobia penyebab penyakit dan benda asing  harus melalui sistem pertahanan tubuh nonspesifik terlebih dahulu. Jika sistem pertahanan tubuh nonspesifik tidak mampu menghancurkannya, zat penginfeksi tersebut akan menghadapi sistem pertahanan tubuh spesifik. Beberapa lapis pertahanan tubuh dapat dilihat pada tabel berikut.
Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh


(1) Sistem Pertahanan Tubuh Nonspesifik 
Sistem pertahanan tubuh nonspesifik merupakan pertahanan tubuh yang tidak membedakan mikroba patogen satu dengan yang lainnya. Sistem pertahanan tubuh nonspesifik melibatkan beberapa jaringan tubuh dalam melawan patogen. Mekanisme sistem pertahanan tubuh nonspesifik diperoleh melalui beberapa cara berikut.

Pertahanan yang terdapat di permukaan tubuh
Pertahanan yang terdapat di permukaan tubuh berupa pertahanan fisik, pertahanan mekanis, pertahanan kimiawi, dan pertahanan biologis.

Pertahanan Fisik
Pertahanan tubuh secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh yang berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh. Pertahanan ini dilakukan oleh kulit dan membran mukosa. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga patogen sulit menembusnya. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba. Saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin juga dilapisi oleh membran mukosa yang berfungsi menghalangi masuknya patogen.

Pertahanan Mekanis
Pertahanan tubuh secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari partikel-partikel berbahaya maupun mikrobia. Adapun silia yang terdapat pada trakea berfungsi menyapu partikel-partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir agar dapat dikeluarkan dari tubuh.

Pertahanan Kimiawi
Pertahanan tubuh secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia, contohnya minyak dan keringat. Kedua sekret tersebut memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Adapun air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri. Enzim tersebut menghidolisis dinding sel bakteri sehingga pecah dan mati. 

Pertahanan Biologi 
Pertahanan tubuh secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri-bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi. 

Respon peradangan (inflamasi)
Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap kerusakan jaringan, misal akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus yaitu dolor (nyeri), rubor (kemerahan), calor (panas), tumor (bengkak). Mekanisme pertahanan tubuh melalui inflamasi dapat dilihat pada gambar berikut. 

Mekanisme pertahanan tubuh melalui inflamasi

Berdasarkan gambar di atas, mekanisme pertahanan tubuh melalui inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut.    
  1. Jaringan mengalami luka. Adanya kerusakan jaringan mengakibatkan patogen mampu melewati pertahanan tubuh untuk menginfeksi sel-sel tubuh. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit mengeluarkan histamin dan prostaglandin.
  2. Terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang mengakibatkan peningkatan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat. Daerah yang terinfeksi menjadi berwarna kemerahan, panas, bengkak, dan terasa nyeri. Peningkatan kecepatan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan terjadinya perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.
  3. Sel-sel fagosit kemudian memakan patogen melalui proses fagositosis.
Inflamasi bertugas mencegah infeksi menyebar ke jaringan lain serta mempercepat proses penyembuhan. Reaksi tersebut juga berfungsi sebagai sinyal adanya bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.

Fagositosis
Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan sel-sel fagosit dengan jalan mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri atas dua jenis, yaitu fagosit mononuklear dan polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah monosit (dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil, eusinofil, basofil, dan cell mast (mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi patogen.

Proses Fagositosis
Setelah infeksi tertanggulangi, beberapa neutrofil akhirnya mati seiring dengan matinya jaringan dan sel bakteri. Nanah yang menumpuk di lokasi beberapa infeksi sebagian besar terdiri atas sel-sel fagositik mati dan cairan serta protein yang bocor dari kapiler darah selama respon peradangan.

Sel Natural Killer (Sel NK)
Pertahanan nonspesifik juga meliputi sel pembunuh alami (natural killer, NK). Sel NK tidak menyerang mikroorganisme secara langsung, alih-alih mereka merusak sel tubuh yang diserang oleh virus dan juga sel-sel abnormal yang dapat membentuk tumor. Sel NK tidak bersifat fagositik, melainkan menyerang membran sel sehingga sel tersebut lisis (pecah).


Protein Antimikroba
Salah satu protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh nonspesifik yaitu protein komplemen. Protein komplemen membunuh bakteri penginfeksi dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini mengakibatkan ion-ion Ca2+ keluar dari sel bakteri. Sementara itu, cairan dan garam-garam daro luar bakteri akan masuk ke sel bakteri. Masuknya cairan dan garam mengakibatkan sel bakteri hancur.

Mekanisme penghancuran bakteri oleh protein komplemen
Jenis protein lain yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh nonspesifik yaitu interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi virus. Senyawa tersebut dihasilkan ketika virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah, melainkan melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya interferon akan berikatan dengan sel-sel yang tidak terinfeksi. Sel-sel yang telah berikatan dengan interferon akan membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus. Dengan demikian, serangan virus dapat dicegah. 


  
(2) Sitem Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem pertahanan tubuh spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik. Sistem pertahanan tubuh spesifik disebut juga dengan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Sistem kekebalan tubuh terbentuk karena adanya peran antigen dan antibodi. Pertahanan tubuh secara spesifik dilakukan oleh antibodi yang dibentuk oleh limfosit karena adanya antigen yang masuk ke tubuh. 

LIMFOSIT
Limfosit terdiri atas dua tipe, yaitu limfosit B (sel B) dan limfosit T (sel T).

Sel B

"B" sebenarnya berasal dari kata Bursa Fabrisius, yaitu sebuah organ unik bagi unggas tempat sel B unggas mengalami pematangan dan tempat dimana limfosit B pertama kali ditemukan. Akan tetapi karena sel B semua vertebrata lain berkembang dalam sumsum tulang (bone marrow), "B" bisa diartikan "bone" maupun "bursa". 

Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi 3 jenis berikut. 
  1. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat (memori).
  2. Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
  3. Sel B pengingat (memori), berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
Sel T
"T" berasal dari kata timus, yaitu suatu kelenjar dalam rongga dada di atas jantung yang berperan dalam pematangan limfosit T setelah diproduksi di sumsum tulang. 
Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga ikut membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi tiga jenis berikut.
  1. Sel T sitotoksik, berfungsi menyerang patogen yang masuk ke tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, serta sel kanker secara langsung.
  2. Sel T helper, berfungsi menstimulasi pembentukan jenis sel T lainnya dan sel B plasma serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
  3. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respon imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T sitotoksik. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
Gambaran umum respon kekebalan
ANTIBODI/IMMUNOGLOBULIN/Ig
Antibodi akan dibentuk oleh tubuh ketika ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen merupakan senyawa protein yang terdapat pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa protein yang berfungsi melindungi tubuh dengan cara mengikat antigen tersebut. Selanjutnya sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi akan ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja spesifik untuk antigen tertentu. 

Antibodi tersusun dari dua macam rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai pada molekul antibodi tersebut dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. 

Struktur antibodi


Beberapa cara kerja antibodi dalam menginaktivasi antigen adalah sebagai berikut. 

Mekanisme efektor pada kekebalan humoral



Antibodi dapat dibedakan menjadi lima tipe dengan karakteristik sebagai berikut. 

Jenis dan Karakteristik Antibodi

Berdasarkan cara mendapatkan imun atau kekebalan, dikenal dua macam kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.

Kekebalan aktif terjadi jika seseorang kebal terhadap suatu penyakit setelah diberikan vaksinasi dengan suatu bibit penyakit. Jika kekebalan itu diperoleh setelah orang sakit karena infeksi kuman penyakit, maka disebut kekebalan aktif alami. 

Kekebalan pasif misalnya adalah bayi yang memperoleh kekebalan (antibodi) dari ibunya saat masih berada dalam kandungan. Kekebalan pasif setelah bayi lahir misalnya dilakukan suntikan dengan serum yang mengandung antibodi, misalnya ATS (Anti Tetanus Serum). Selain itu, jenis kekebalan ini juga dapat diperoleh dari pemberian air susu pertama (kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.

Sumber: Biologi Kelas XI Intan Pariwara, Biologi Campbell, Biologi Kelas XI (BSE) Endang

Kamis, 07 Mei 2015

Kingdom Fungi

Mari berkenalan dengan Kingdom Fungi ....

Fungi atau jamur adalah nama umum, sedangkan nama lainnya adalah kapang atau cendawan. Jamur mudah dikenali apabila telah membentuk alat pembiakannya, yaitu spora. Bagian fase jamur yang mudah dikenali ini merupakan satu fase atau tahapan bentuk pergiliran keturunannya, yaitu sporofit. Sporofit adalah suatu fase tumbuhan yang menghasilkan spora. Sebelum jamur menghasilkan spora, terlebih dahulu jamur membentuk badan penghasil spora, seperti sporangium, askus, basidium, ataupun konidiofor.

Sebenarnya jamur tidak saja langsung merupakan sporofit, tetapi ada fase sebelumnya yang tidak mudah dikenali oleh orang awam, yaitu fase gametofit. Gametofit adalah suatu fase tumbuhan menghasilkan gamet atau sel kelamin yang dapat melakukan perkawinan. Pada jamur, gametofitnya hanyalah benang-benang putih, halus, yang tidak memiliki alat kelamin tetapi mampu melakukan perkawinan antar benang-benang yang berbeda jenisnya. Benang-benang jamur ini disebut hifa. Hifa-hifa yang sedang kawin disebut hifa (+) dan hifa (-) karena belum bisa dibedakan antara keduanya. Hifa jamur ada bersekat atau berseptat atau memiliki septum, ada juga yang tidak bersekat (senositik).

Hifa (A) Bersekat/berseptat, (B) Senositik

Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau benang-benang bercabang-cabang, dengan dinding sel dari selulosa atau dari kitin, atau dari keduanya, dan umumnya berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur tergolong tumbuhan thallus, karena belum bisa dibedakan bagian akar, batang, maupun daunnya. Ilmu yang khusus mempelajari jamur disebut Mikologi. Jamur hidup di sampah, kayu lapuk, atau makanan basi dengan kelembaban yang cukup. Perbedaan utama dengan bakteri terletaj pada inti selnya (nukleus) yang sudah memiliki membran nukleus (eukariotik).

Spora jamur yang tumbuh di tempat lembab dan mengandung zat organik akan tumbuh menjadi benang-benang halus putih yang disebut hifa. Hifa akan membentuk suatu hamparan anyaman yang disebut miselium.

Bagian-bagian Tubuh Jamur Basidiomycetes
(A) Hifa yang akan kawin, berbeda jenis, bertanda (+) dan (-), setiap sel berinti satu. 
(B) Hifa hasil perkawinan, berinti ganda. 
(C) Tubuh buah jamur berbentuk payung, dibangun oleh percabangan hifa-hifa yang bersatu di ujung-ujungnya membentuk basidium. 
(D) Kotak spora (badan penghasil spora) tipe basidium, mengandung 4 spora.

Jenis-jenis hifa yang berbeda kelaminnya akan mengadakan perkawinan dan hasil peleburan antara kedua jenis hifa akan menghasilkan hifa dengan badan sel pembentuk spora. Badan sel pembentuk spora ini bentuknya bervariasi, ada yang disebut askus, sporangium, dan basidium. Pada beberapa kelas jamur sebelum menghasilkan badan sel pembentuk spora, membentuk suatu struktur dari percabangan hifa yang akan menghasilkan spora-spora disebut tubuh buah. Bentuk tubuh buah jamur ada yang serupa payung, cawan atau mangkok, kuping, piala, papan, dan sebagainya. Orang mengenal jamur karena tubuh buahnya.

Bagaimana Fungi berkembang biak?

Ada dua macam perkembangbiakan Fungi, yaitu:

... (1) Vegetatif atau Aseksual
Jenis perkembangbiakan yang terjadi tanpa melalui perkawinan. Dapat berlangsung dengan berbagai cara:
  • Fragmentasi: potongan hifa/miselium
  • Membelah diri: pada jamur bersel satu (khamir)
  • Bertunas: terjadi pada golongan khamir, seperti Saccharomyces (ragi roti)
  • Konidiospora: ujung hifa tertentu yang membagi-bagi diri membentuk bangun bulat telur atau persegi, terkadang disebut konidia saja. 
Konidia pada (A) Jamur Aspergillus dan (B) Jamur Penicillium

... (2) Seksual atau Generatif
Terjadinya perkawinan jamur diperlukan 2 jenis hifa yang berbeda, yang menghasilkan peleburan dua gamet/sel kelamin jantan dan betina. Umumnya jamur tidak memiliki alat yang menghasilkan gamet sehingga hifa yang dapat kawin disebut hifa (+) dan hifa (-).
Peleburan antara 2 jenis sel hifa jamur atau antara gamet jantan dan betina akan menghasilkan badan-badan pembentuk spora. Tipe badan penghasil spora dari hasil perkawinan ini ada beberapa macam, yaitu:
  1. Askus: berupa kantung yang dibentuk di ujung hifa, biasanya mengandung 4-8 spora (askospora) di dalamnya. Askos artinya kantung.
  2. Basidium: berupa sel panjang dan menggembung serta di bagian ujungnya dihasilkan 2-4 spora (basidiospora). Jenis basidium ada yang bersekat dan tak bersekat. Pada Volvariella (jamur merang) menghasilkan basidium tidak bersekat.
  3. Sporangium: berupa bola, yang di dalamnya dibentuk banyak spora (sporangiospora). Sporangium memiliki tangkai yang disebut sporangiofor. Ujung sporangiofor disebut kolumela, bentuknya bervariasi: pada Rhizopus bentuknya membulat dan pada Mucor bentuknya pipih. Pada jamur Pilobolus, sporangiofor memiliki penggembungan di bagian ujung (disebut: vesikel) dan di bagian pangkal disebut trofosita.  
 
(A) Askus mengandung 4-8 askospora, (B) Basidium mengandung 2-4 basidiospora
 
Sporangium yang ditunjang oleh sporangiofor
Klasifikasi Fungi ...

Untuk pengelompokan kelas Fungi yang perlu diperhatikan adalah bentuk fase vegetatifnya, ada tidaknya sekat pada hifa, memiliki perkembangbiakan secara vegetatif atau tidak, tipe-tipe tubuh buah, serta badan sel pembentuk spora. Untuk lebih jelasnya, perhatikan bagan klasifikasi di bawah ini.
Klasifikasi Fungi

... (1) Kelas Zygomycota
Kelas jamur yang umumnya memiliki hifa tidak bersekat. Perkembangbiakan secara vegetatif dengan spora kembara (bagi yang hidup di air) dan sporangiospora (bagi yang hidup di darat). Perkembangbiakan secara generatif dengan mengadakan konjugasi antara dua hifa yang berbeda jenisnya, yaitu antara hifa (+) dengan hifa (-) membentuk zigospora. Zigospora tumbuh menjadi sporangium yang bertangkai.

Daur hidup Rhizopus
Contoh jamur dari kelas ini yaitu Rhizopus dan Mucor, serta Pilobolus (jamur pada kotoran kuda), dan Phytophtora (jamur parasit pada jagung).
Contoh jamur kelas Zygomycota


... (2) Kelas Ascomycota 
Kelas jamur yang menghasilkan tubuh buah dengan badan-badan sel pembentuk spora berupa kantung-kantung. Di dalam kantung-kantung dihasilkan spora atau askospora sebanyak 4-8. Askus terjadi dengan pembiakan kawin. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan cara membentuk konidiospora di dalam konidium. Hifa jamur ini memiliki sekat. Ada pula yang bersel tunggal (contoh: Saccharomyces) berbentuk bulat. Pada Saccharomyces ini perkembangbiakan aseksualnya dengan tunas. 
Daur Hidup Ascomycota
Jamur yang termasuk ke dalam kelas Ascomycota antara lain Saccharomyces sereviceae, Penicillium, Neurospora crassa, dan Aspergillus.
Saccharomyces sereviceae
 
Penicillium

 
Aspergillus
Contoh jamur kelas Ascomycota

... (3) Basidiomycota
Kelas jamur yang karakteristik umumnya menghasilkan basidiospora di luar basidianya. Jamur ini mempunyai hifa bersekat dan tubuh buahnya mudah dilihat oleh mata. Bentuk basidiokarpnya ada yang serupa piala (cyatus), serupa kuping (auricula), serupa payung dan memiliki pembungkus (volva), seperti kulit mengkilat (ganoderma), dan sebagainya.

Tipe basidium yang dihasilkan oleh tubuh buah jamur ini ada 2 macam, yaitu basidium tidak bersekat dan basidium bersekat. Tiap basidium menghasilkan basidiospora sebagai alat reproduksi seksual, sebanyak 2-6. Tipe basidium tak bersekat ditemukan pada jamur merang (Volvariella volvacea), dan basidium bersekat ditemukan pada jamur kuping (Auricularia auricula).
Daur hidup Basidiomycota
Reproduksi secara aseksual dengan konidiospora. Hifa (+) atau hifa (-) akan membentuk suatu badan yang disebut konidium. Di dalam konidium akan dihasilkan konidiospora.

Jamur yang termasuk kelompok ini antara lain jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kuping (Auricularia auricula), jamur tiram (Pleurotus sp.), Amanita sp..

Jamur merang (Volvariella volvacea)
Jamur kuping (Auricularia auricula)
Jamur tiram (Pleurotus sp.)
Amanita sp.

... (4) Deuteromycota
Kelompok khusus jamur yang belum diketahui perkembangbiakan generatifnya, disebut juga jamur tidak sempurna (Fungi imperfectii). Pengelompokan jamur ke dalam kelas ini bersifat sementara, menunggu penelitian lanjut. Sebab beberapa jenis jamur untuk dapat kawin memerlukan kondisi khusus. Dahulu, sebelum diketahui reproduksi seksualnya, jamur oncom dimasukkan ke dalam kelas Deuteromycota dengan nama Monilia sitophila. Namun, setelah reproduksi seksualnya diketahui, yaitu dengan cara membentuk askospora, jamur oncom dimasukkan ke dalam kelas Ascomycota dengan nama Neurospora crassa.

Kelompok jamur ini memiliki hifa bersekat. Reproduksi aseksual dengan konidiospora yang dihasilkan oleh konidium.

Sumber: Pengantar Cryptogamae (Drs. Suroso Adi Yudianto, M.Pd)